Posted by : Unknown Senin, 01 September 2014

Batik Semarangan pernah mengalami kejayaan sekitar abad ke-18 sampai abad ke-19 karena dipakai oleh semua kalangan baik bangsawan maupun rakyat jelata. Namun konon kejayaan ini berakhir menyusul meletusnya gunung Ungaran pada akhir abad ke-19.
Tahun 1980-an motif batik semarangan mulai disibak lagi, salah satu motifnya adalah sarung kepada pasung. Motif ini didominasi warna coklat dan hitam dengan ornament lebih mengarah pada bentuk tumbuhan.
Sebagaimana cara membatik tempo dulu, Batik Semarangan menacu pada unsur alam, terutama ditekankan pada bahan pewarnanya yang hampir semuanya berasal dari alam. Misalnya untuk warna kuning dan hijau menggunakan buah Jelawe.

Batik Semarang never experienced the glory around the 18th century until the 19th century as it is used by all circles both nobles and commoners. But this triumph supposedly ended following the eruption of Mount Unggaran in the late 19th century.
1980s motif Semarangan start disibak again, one motive is to glove stocks. This motif is predominantly brown and black color with ornaments more directed to plants.
As a way past batik, Batik Semarang connection refers to the natural elements, especially on the stain material that almost everything comes from nature. For example, to use the colors yellow and green fruit Jelawe.






Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Wisata Kota Semarang - Nukta Laila Rahmatin - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -